Cari Blog Ini

Minggu, 18 Desember 2011

DUTCH CULTURE OVERSEAS PRAKTIK KOLONIAL DI HINDIA BELANDA 1900-1942

Zaman keemasan Republik Belanda sebagai sumber pengamatan Hitchen bahwa Belanda kerap berperan sebagai teladan  kebijakan politik dan minimnya prasangka keagamaan dalam sejarah Eropa. Dibanding bangsa-bangsa lain pada awal abad periode modern, Republik abad 17 itu merupakan tempat bernaungnya “sekulerisme toleran”.
            Tata budaya Eropa atau “retorika kerajaan” memerintahkan penguasa untuk “membingkai”  kenyataan rakyat dan tanah yang dijajah sedemikian rupa sehingga Barat dapat menyatakan haknya atas mereka dan menyelamatkan mereka sebagai “cagar tetap.” Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nicholas Thomas pada 1994 pada Colonialism’s  Culture : Antropology, Travel and Government, setiap bentuk kolonialisme  sesungguhnya tergantung pada proses budaya, dan intrusi serta fiksinya nyaris selalu dibentuk dari dan “digerakkan melalui, tanda, metafora, dan narasi.”
            Dengan kata lain, kolonialisme Belanda di Indie, dihasilkan dari peleburan elektrik, walau rentan berubah, penuh ketegangan yang tak disadari dari sejumlah mentalitas Eropa dan kondisi lokal yang unik. Hasilnya adalah suatu budaya yang mencakup lebih dari satu tujuan ideology monopolitik untuk menyamarkan atau mempertahankan cara-cara dominasi Eropa.

Upaya Menyusun Kembali Hindia Belanda, 1900-1942
Di bawah kolonial Indonesia, kebutuhan akan  kemakmuran ekonomis kolektif bangsa Belanda yang kecil di Eropa dikelilingi oleh tetangga yang kuat , diterjemahkan dalam pengertian bahwa orang Indonesia bukanlah anggota masyarakat yang setara, tetapi bintang penjaga yang menjadi benteng colonial Belanda yang tak terkalahkan, tanpa diberi kesempatan untuk berbagi kemakmuran dalam materi dan budaya.
Tak dapat dihindarkan, penyesuaian adat kebiasaan asli oleh pihak Barat itu berbeda pada setiap konteks bangsa, dan variasi-variasi semacam itu tergantung pada definisi penguasa imperial dari misi peradaban atau mission civilisatrice, sama seperti  pada cirri khas ancient regime di masa prakolonial.

Daud Yang Cerdik di Tengah Goliath- Goliath Imperium : Praktik  Kolonial Belanda di Kepualauan Indonesia
            Semakin lemah dikancah politik internasional bangsa-bangsa Eropa yang mencoba memacu evolusi penduduk pribumi, tulis Profesor Johan Christian van Eerde, direktur bagian Antropologi dari Institut Kolonial di Amsterdam pada 1914, semakin tinggi usaha mereka untuk mengetahui dan menampung minat  budaya  para anggota masyarakat pribumi.
            Ide tentang penguraian budaya menjadi salah satu klise, pernyataan kiasan tentang penduduk Hindia Belanda, jadi penanganan perbedaan budaya yang berhasil untuk menyusun suatu kesatuan  yang harmonis muncul sebagai salah satu kewajiban utama korps pegawai Hindia Belanda.
            Sebelum tahun 1942, logika tanpa sadar  dan usaha gerilya Belanda mendukung kebijakan “memecah dan menguasai” tidak lolos dari pengamatan diplomat Amerika yang ditempatkan di Batavia. Sampai kaum nasionalis Indoonesia menghancurkan sistem dengan radikal, Hindia Belanda berkembang menjadi “jajahan kolonial”  yang ditunggu oleh para dokter Belanda yang sibuk. Bahkan dalam mikrokosmos penjara colonial, pemerintah Belanda menerapkan hierarki soaial yang memicu perlakuan pilih kasih para tawanan yang berasal dari latar belakang elite.
            Sebaliknya, masyarakat Belanda didasarkan pada peradilan Romawi dan tidak tergantung pada sistem hukum sebelumnya. Salah satu prinsip dasar dalam hukum perdata Belanda, dan memang demikian adalah kenyataan bahwa “adat tidak mengikat” jika hukum tidak merumuskannya secara khusus.
            Dengan melihat hubungan antara struktur formal kehidupan sosial dan dampak eksistensial atau kosmologis yang diciptakannya, berbagai budaya etnis dapat “dikemas” dalam paket intelektual murni dan ditumpuk atau diatur kembali, dikumpulkan atau dibongkar semaunya. Sitesis budaya dalam idiom administrasi Belanda, menggunakan deskripsi “tebal” dari setiap sistem ada yang unik sebagai pilar dan pos-jaga bangunan kolonialnya.

Mendidik Gadis Indonesia di Jawa dan Bali
Kegandrungan Pada Budaya Bangsawan dan Ketakmenonjolan Peran Perempuan di Desa
            Gadis model jawa itu kini sibuk menggalang upaya rintisan dan membuat kita takjub…ia telah melakukan perjuangan akbar : tidak hanya berjuang melawan adat kuno yang sudah mendarah daging, tetapi dia melawan egotism laum pria. Lelaki jawa umumnya mengmati emasipasi perempuan-dengan pandangan melankolis. Focus serupa terhadap gadis-gadis bangsawan juga telah mempengaruhi sikap para lelaki dsan perempuan belanda-“etis”, yang mengabdikan karya peduli kasih mereka pada pendidikan perempuan pribumi.
            Dalam imajinasi historis belanda abad pertengahan, feodalisme tampak mengisyaratkan seperangkat kewajiban timbal balik, dimana jasa pekerja ditukar dengan perlindungan. Namun, semua usaha berlandaskan niat baik di bidang pendidikan yang dirancang untuk memperlihatkan sikap hormat pada integritas budaya pribumi ini benar-benar mendudukan para perempuan miskin di desa atau kampung dalam posisi kebisuan dan terabaikan.
            Sesudah 1893, negara kolonial ini telah membangun struktur pendidikan ruwet, yang pada 40 tahun kemudian di dalam propaganda resmi anjungan belanda tahun 1931 di Paris masih digambarkan dengan janggal sebagai himpunan beragam jenis sekolah yang semrawut. Terlebih lagi, perempuan Indonesia merupakan lambang bagi apa yang disebut oleh sara suleri sebagai pengubah : mereka juga berfungsi sebagai “ikon diskursif” dalam tata budaya kolonialisme belanda. Pandangan barat dan terutama pandangan kelas menengah tentang kodrat wanita sebagai ibu dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga berbaur dengan penghargaan terhadap adat.
            Walaupun demikian, melepaskan tradisi perempuan desa yang bekerja di sawah atau mengurangi tradisi kolonial dalam eksploitasi perempuan di perkebunan the atau di prabrik kopi, hanya basa basi masuk ke dalam imajinasi colonial belanda. Pada saat yang sama, para pekerja sosial belanda, yang terlibat dalam upaya mulia untuk menyelamatkan gadis-gadis melarat Eurasia (indo) dari kerusakan moral dan kebejatan seksual, yang menyangkal ibu mereka yang pribumi sebagai tokoh yang sama sekali tak bermoral. Walaupun demikian, retorika belanda tentang volksfrouwnn Indonesia yang terkadang menekankan kurangnya pengalaman kebejatan mereka, sejajar dengan sikap merendahkan diri kalangan penguasa pribumi.
            Sejak wafatnya kartini 1904 saat melahirkan anak pertamanya pada usia yang sangat muda, 25 tahun ia telah menjadi pusat perhatian masyarakat sebagai cahaya penuntun bagi emansipasi perempuan Indonesia dan pemula gerakan nasionalis Indonesia.
            Bias kebangsawanan Raden Ajeng Kartini menggaungkan orientasi strategi politik belanda yang muncul di Indonesia abad ke -20. Lebih tegas lagi dari sebelumnya, setelah pergantian abad, kebijakan belanda cenderung untuk mengintensifkan pola-pola perintah dan subordinat feodal, baik terhadap masyarakat jawa maupun masyarakat lain. Tentu saja penguasa colonial belanda bukanlah sesuatu yang unik dalam hal ini.
            Menjelang akhir abad ke 19, negara kolonial belanda di Indonesia menerapkan pandangan yang serupa tentang pemerintahan yang efektif guna memenuhi keinginannya akan ketentraman dan ketetriban. Sesudah masuknya seluruh wilayah bali ke dalam kolonial belanda awal abad 20 pemerintah hindia juga menggairahkan kembali sistem kasta tradisional hindu bali yang eksostis.
            Demikian juga di jawa, kebijakan colonial abad 20 menimbulkan dampak besar pada kehidupan sehari-hari misalnya saja, meningkatnya pemilahan tuturan bahasa jawa dan penghormatan terhadap kromo dan kromo inggil. Ironisnya, kritik ini member kesan modern yang aneh.
            Dengan demikian, persepektif kebangswan kartini, atau kecenderungannya untuk menghilangkan suramnya keberadaan petani perempuan jawa di desa yang digambarkan sebagai golongan “masyarakat lugu dan kekanak-kanakan”. Meskipun demikian, ironisnya adalah bahwa di kalangan petani di desa, kemandirian tokoh perempuan dengan jelas di akui.
            Walaupun anak perempuan priyayi secara harfiah maupun kiasan dalam ideologi patriakis jawa, yang memengaruhi akses mereka ke dalam dunia luar, batas semacam itu antara perilaku pribadi dan publik, tentara hanyalan atau kenyataan untuk membebani kehidupan petani perempuan jawa pada tingkat yang sama.
            Salah satu kekuatan penggerak di balik upaya berani belanda demi pendidikan untuk gadis-gadis Indonesia adalah Elisabeth van Deventer-maas. Guru-guru jawa mendirikan dan mengendalikan sekolah-sekolah liar secara mandiri, tanpa subsidi atau campur tangan pemerintah colonial belanda. Semisal sekolah taman siswa pertama di bangun di jojakarta pada 1922 tetapi menyebar sangat pesat ke luar jawa tengah.
            Bagaimanapun, di jawa, adat priyayi tidak mendorong gadis yang belum menikah untuk bekerja diluar dunia rumah tangga paternalnya. Tradisi hierarkis jawa juga tidak mendoronga perempuan yang sudah menikah, yang pergaulannya dengan perempuan biasa barangkali lebih dari sekedar tindakan pengawasan pembantu rumah tangga, untuk memupuk rasa iba yang berlebihan terhadap petani perempuan yang hidup di seberang jurang feodal yang menganga lebar.
            Bagaimanapun, adat telah menetapkan bahwa setelah menikah, perempuan bangsawan harus memutuskan semua ikatan pribadi dengan kehidupan sebelumnya, karena ikatan emosional pada masa kana-kanak mungkin saja membebani pengabdian cinta kepada suami mereka. Di paksa mengakhiri semua hubungan formal dengan masa lalu juga menyiratkan bahwa mereka harus mencoba melupakan riwayat pribadi nyang melipiuti pendidikan mahal dan canggih.
            Baru pada 1930-an nasib buruk perempuan yang menderita terlalu banyak bekerja, dan pasrah di pedesaan di jawa, lebih menjadi pusat perhatian di kalangan anggota masyarakat belanda yang etis

1 komentar:

  1. 8 Casinos Near Philadelphia - MapyRO
    2020 Best 광명 출장안마 Casinos Near Philadelphia Ocean Casino Hotel, Ocean Casino Hotel & Spa Ocean 사천 출장안마 Resort 슬롯 나라 Casino, Hotel & Spa. 익산 출장샵 Map & Directions. 여수 출장마사지

    BalasHapus